Kamis, 17 April 2014

Karena Sering Merokok, Aku Kehilangan Kaki dan Sebentar Lagi Mungkin Tanganku

Victoria saat menikah dan kondisinya saat ini | Foto: copyright dailymail.co.uk ART7DAYS - Anda masih sering merokok? Maka bacalah kisah ini hingga habis. Wanita ini sudah kehilangan kedua kakinya akibat sebuah kondisi kesehatan langka, dan menurut dokter, kemungkinan dia juga akan kehilangan tangannya. Semua itu akibat kebiasaan buruknya saat remaja, yaitu merokok.

Mantan Perokok Berat

Victoria Marks  (41 tahun) adalah mantan perokok berat. Dia mulai hobi menghisap rokok sejak usia 13 tahun. Dalam satu hari, dia bisa menghabiskan 20 batang. Kebiasaan buruknya ini berhenti 10 tahun yang lalu, saat usianya 31 tahun. Namun ibu dari 4 anak ini menyesali hobi buruknya di masa lalu, karena rokok membuatnya terkena penyakit langka, yaitu Buerger, dilansir oleh Dailymail.co.uk.


Victoria saat masih sehat | Foto: dailymail.co.ukVictoria saat masih sehat | Foto: dailymail.co.uk

Penyakit ini menghancurkan trombisit dan merusak pembuluh darah, sehingga membuat beberapa jaringan tubuhnya mati. Awalnya, Victoria mengalami rasa sakit di kaki dan bengkak di bagian pergelangan. Rasa sakit itu ada selama bertahun-tahun. Setelah kondisinya memburuk, tim dokter baru menemukan bahwa Victoria mengalami penyakit Buerger.

Amputasi Karena Jaringan Kaki Rusak

Pada tahun 2006, Victoria tidak bisa berjalan. Tim dokter memutuskan untuk mengamputasi kaki kirinya, karena bagian itu sudah rusak dan dikhawatirkan merusak jaringan tubuh lain. Setelah 6 tahun memakai kaki palsu, pada tahun 2012, Victoria harus kehilangan kaki kanannya karena kondisi yang sama.

Kadang Victoria merasa jadi ibu yang gagal karena kondisinya saat ini | Foto: dailymail.co.ukKadang Victoria merasa jadi ibu yang gagal karena kondisinya saat ini | Foto: dailymail.co.uk
Tidak banyak informasi tentang penyakit langka ini, namun pada akhirnya Victoria sadar bahwa kebiasaan buruknya di masa lalu menjadi salah satu faktornya. "Tidak sampai setahun kemudian, saya menemukan bahwa kondisi ini terjadi karena pengaruh rokok, cara terbaik  untuk menghindari penyakit ini adalah menghentikan kebiasaan merokok," ujarnya.

"Kondisi ini membuat saya menghentikan kecanduan para rokok, hingga saat ini saya tidak lagi merokok walau satu batang," lanjut Victoria. "Namun semuanya sudah terlambat, kerusakan tubuh sudah terjadi,"

Sudah Menjalani 14 Kali Operasi

Kondisi Victoria cukup parah, karena penyakit ini membuatnya harus menjalani 14 operasi. Tim dokter bahkan mengatakan bahwa ada kemungkinan bagian tangan Victoria bisa mengalami kondisi yang sama. Kondisi ini membuat Victoria ketakutan dan panik. Beruntung, suami dan keempat anaknya selalu memberi semangat pada Victoria. Bahkan sang suami berhenti bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran demi mendampingi istrinya.

Sang suami setia mendampingi Victoria | Foto: dailymail.co.ukSang suami setia mendampingi Victoria | Foto: dailymail.co.uk


"Saya ingin pemerintah mengambil gambar korban rokok seperti saya untuk diletakkan pada bungkus rokok, agar semakin banyak orang yang sadar bahwa Anda sedang memasukkan zat berbahaya ke dalam mulut Anda," ujar Victoria. Semoga kisah ini bisa menjadi peringatan bagi kita semua. Sayangi tubuh Anda, karena masa depan masih panjang untuk dinikmati dengan tubuh yang sehat.

sumber : vemale.com
Read More ->>

Jumat, 07 Februari 2014

Photography 21


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm




Cara pemesanan klik  DISINI
Read More ->>

Photography 13


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm


Cara pemesanan klik DISINI
Read More ->>

Photography 1


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm



Cara pemesanan klik DISINI
Read More ->>

One piece 6


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm



Cara pemesanan klik DISINI
Read More ->>

One piece 10


Harga : Rp. 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm



Cara  pemesanan klik DISINI
Read More ->>

One piece 1


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm


Cara pemesanan klik DISINI

Read More ->>

Naruto 6


Harga : Rp 125.000
Warna : Putih, Abu, Cream
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm


Cara pemesanan klik DISINI
Read More ->>

Naruto 10


 Harga : Rp. 125.000(belum termasuk ongkos kirim)
Warna : Putih, Hitam, Abu, Merah
Detail Size (Lebar x Panjang)
S : 48 x 58 cm
M : 50 x 70 cm
L : 52 x 72 cm
XL : 54 x 74 cm
XXL : 56 x 76 cm
XXXL : 71 x 77 cm


Cara pemesanan klik DISINI
Read More ->>

Senin, 03 Februari 2014

Ghost of Shania (Part 2)


“Kita harus cepet-cepet pergi dari rumah ini! Rumah ini berhantu!”
“Ly..” potong Reyna yang nggak pernah percaya sama omonganku.
“TURUTIN GUE KENAPA SIEEHHH!”
Akhirnya mereka mau nurutin perkataanku dan ngebantu aku buat buka pintu yang sudah terkunci ini, hingga akhirnya Azzam nyelentuk dengan bijaknya.
“Mending kita lewat pintu belakang rumah aja, Ly. Tadi gue sama sama Dika sempet nemuin pintu belakang rumah Shania yang masih terbuka.”
“Azzam benar!” Dika tambah meyakinkanku. Dalam keadaan kacau seperti ini, aku juga ikut sejutu karena nggak ada pilihan lain lagi untuk keluar dari rumah hantu ini. Kecuali lewat pintu belakang rumah.
Kemudian kami segera berbalik badan dan mencari jalan keluar ruangan lain. Tiba-tiba.. sosok cewek berwajah menyeramkan dengan mukanya yang dipenuhi luka memar juga berlumuran darah itu berdiri di depan kami berempat. Yang lebih mengerikan lagi, sosok hantu itu berdiri dengan jarak yang begitu dekat dengan kami semua. Alhasil kami menjerit dengan kompak.
“Aaaaa…aaa!”
“Kalian nggak akan bisa pergi kemana-mana!” ancam hantu itu. “Kalian harus mati bersamaku disini!”
“Aaaa…aaaa!”
“Kaa…abbuurrr!” jerit Dika mengisyaratkan kami cepet-cepet kabur. Kami langsung berhamburan kemana-mana. Tapi.. kemana pun kami berusaha kabur, hantu itu tetap aja mengikuti kami dan berdiri di depan kami secara tak terduga.
“Aaaaa…aaa!”
Ruangan rumah Shania gelap banget dan menyulitkan aku untuk mencari jalan keluar bersama temen-temen segengku. Hingga akhirnya, aku terpisah dari mereka bertiga.
“Reyna! Dika! Azzam! Dimana lo semua! Gue takut!” teriakku sesaat di sebuah lorong kecil. Suaraku kedengerannya menggema dari tempat ini. Aku semakin mundur dan aku bingung mau keluar lewat mana.
“Gue mau pulang! Gue mau pulang! Jangan terorin gue terus!”
Hiks.. hiks.. hiks! aku jadi nangis sendirian.
Sesaat.. aku kayak menginjak sesuatu yang empuk di kakiku.
“Apaan ini?!” ujarku sesekali dengan nada terisak.
“Ly…” suara misterius memanggil namaku lagi, dengan nada yang begitu lirih karena kesakitan. “Tolong aku Ly, aku disini. Di bawah kakimu..”
Lantas aku memberanikan diri menunduk ke bawah kakiku. Dan menoleh ke belakang saat kulihat seonggok mayat tergeletak penuh darah di lantai.
“Aaaaaa! Ma.. ma… mayattt!”
Gubrak! Suara hantaman pintu terbuka untukku. Cahaya dari dalam itu terlihat redup dan terdengar desir angin yang mempermainkan rambutku. Aku berjalan dengan nafas terengah-engah. Dengan desah nafas yang nggak karuan juga keringat dingin yang bercucuran keluar, aku masuk ke dalam ruangan kecil itu.
Gubrakk! Pintu itu tiba-tiba menutup sendiri.
“Buka!” aku mengedor-ngedor pintu itu dengan keras dan mengoyang-goyangkan handle pintu itu yang udah karatan. “Dika! Reyna! Azzam! Tolongin gue! Tolongin gue!”
Hiks… hiks… hiks…! aku lagi-lagi menangis dan ngerasa putus asa akibat jebakan rumah hantu ini. Disaat aku nyaris putus asa, hantu cewek itu selalu muncul di hadapanku dan mukanya kelihatan serem banget.
“Aaaaa…aaa!” aku menjerit dengan histerianya.
“Pergi! Jangan ganggu gue!”
“Lily, jangan takut.” Kata hantu itu menyentuh tungkai kakiku. “Aku nggak akan nyakitin kamu dan teman-temanmu.”
“Dan, bukan maksud aku buat nakut-nakutin kalian.”
Aku diam dan mengusap air mataku sekejap. “Trus, kalau kamu nggak nakut-nakutin aku kenapa kamu neror aku?!” aku bersandar di pintu dan menghindar jauh dari tatapan mata hantu itu. Walau aku tahu, ternyata hantu itu adalah Shania yang aku kenal beberapa hari lalu.
“Aku ingin minta tolong sama kamu. Dan aku janji, setelah ini aku nggak akan ngangguin kalian lagi.”
Aku menghela nafas sebentar. Dan dengan ragu-ragu aku jawab, “Mi.. minta tolong buat apa?”
“Keluarkan aku dari tempat ini, Ly. Aku nggak bisa istirahat dengan tenang kalau belum ada orang yang mau ngeluarin aku dari sini.”
Aku terhenyak dan menekuk dua kakiku.
“Sebenarnya, bukan kamu aja yang pertama aku datangin. Ada banyak warga desa ini yang sering aku datangin, terutama eyangmu. Tapi.. mereka malah ketakutan dan mengusir aku, Ly.”
“Aku nggak tahu harus minta tolong sama siapa lagi kalau bukan sama kamu dan yang lain.”
Kedengerannya, pengakuan Shania rada miris dan menyedihkan banget. Bagaiamana orang lain mau nolongin dia, kalau wujudnya nyeremin begini? tapi, kalau cuma aku dan temen-temen yang bisa nolongin dia, aku harus melakukannya apapun itu. Asalkan kami nggak diganggu lagi dan bisa hidup dengan tenang.
Aku kemudian mendekat dan memberanikan diri untuk menyentuh bahu Shania yang dingin membeku itu. Kutangkap sorot matanya yang sayu dan menyembunyikan kesedihan yang amat berat untuk diungkapkan padaku.
“Shan,” panggilku. “Hmm, sorry ya. Kalau boleh tanya, apa yang membuat kamu mati dalam keadaan seperti ini?”
Ia menoleh dengan cepat tanda merespon pertanyaanku.
“Ceritanya udah lama, Ly. Sejak delapan tahun yang lalu.”
Lantas aku mendekat dan menyimak ceritanya. Begini ceritanya..
Dulu, kira-kira waktu aku kelas lima SD aku pernah denger kasus tentang hilangnya seorang mahasiswi yang belum bisa diketemukan hingga sekarang. Dan, mahasiswi yang hilang itu adalah Shania sendiri. Ceritanya bermula saat Shania pulang kuliah, dia dibekap oleh empat orang cewek yang seusia dengannya. Mereka menculik Shania dan menyembunyikannya di rumah ini, tepatnya di dalam gudang tempatku berada. Shania disekap selama satu minggu dan dia mengalami penyiksaan secara bertubi-tubi oleh mereka.
Asal punya usul, ternyata salah satu cewek yang menyiksa Shania adalah temen sekampusnya sendiri. Dan dia adalah mantan pacar Bram. Pacar Shania. Dia menyiksa Shania karena nggak bisa menerima kematian Bram akibat kecelakaan mobil bersama Shania. Bram meninggal, sedangkan Shania selamat. Dan itu membuat mantan pacar Bram menyimpan api dendam sama Shania. Sebenarnya, Shania pernah mencoba kabur. Tapi dia keburu kepergok orang-orang jahat itu. Akhirnya.. sebagai hukuman fisik buat Shania, mereka menjatuhkan batu semen yang beratnya beberapa kilo ke tubuh Shania berkali-kali hingga tewas.
Hiks… hiks… hiks…! nggak terasa aku meneteskan air mataku saat denger cerita menyedihkan dari Shania. Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi, selain aku ngebayangin bagaimana rasanya Shania mengalami hal-hal kejam itu yang mendera tubuhnya secara berubi-tubi. Pasti menyakitkan banget kalau aku ada di posisi Shania.
“Shan,” isakku kemudian. Aku rada sesegukan sambil lanjut bicara, “Jujur, kalau aku jadi kamu dan aku meninggal. Aku ingin nyambangin mereka semua dan melampiasakan dendamku karena mereka udah menghancurkan hidupku dengan cara tragis kayak gini.”
Shania menggeleng dan dia mengulas senyum manisnya lagi. sesaat, aku nggak melihat wajahnya yang dipenuhi luka memar itu. Tapi.. wajahnya terlihat indah dan bercahaya saat senyum padaku.
“Enggak, Ly. Buat apa aku harus melakukan hal itu cuma ingin melampiasakan dendamku sama mereka. Biar Tuhan yang menghukum mereka, karena DIA-lah yang berhak melakukan-NYA. Yang aku inginkan tak lain adalah, aku ingin istirahat dengan tenang dan melihat ibuku bahagia.”
Hiks.. hiks… hiks… aku lagi-lagi menangis saat denger ucapan penuh sendu haru Shania. Bagaiamana tidak? Dia mengalami siksaan yang pedih tapi dia mau memaafkan empat orang yang udah nghancurin hidupnya itu. Apalagi sampai memikirkan keadaan nyokapnya. Oh tuhan! Kusentuh bahu Shania lagi, dan dia masih tersenyum padaku.
“Trus gimana aku bisa keluarin kamu dari sini, Shan?”
“Pergilah ke belakang rumah ini. Disana ada pohon asem dengan batu besar yang ada di dekatnya. Galilah tanah di bawah batu besar itu, temukan juga jasadku disana dan kuburkanlah aku dengan layak.”
“Lily!” panggil Reyna menemukan aku tengah terduduk diambang pintu gudang.
Aku berdiri dan kupeluk Reyna dengan erat. “Lo kemana aja? Gue, Dika sama Azzam sampai kelimpungan nyariin elo. Ternyata elo malah enak-enakan duduk di sini.
“Gu.. gue…” aku menoleh ke arah Shania, Dang!
Aku terperanjat, saat Shania menghilang begitu aja.
“Kita harus bantuin Shania, Reyn! Kita harus bantuin Shania keluar dari tempat ini!”
Mereka kompak melongo dan saling bertatapan mata. Nggak ngerti apa yang aku bicarakan.
“Heh, Ly! Shania tuh hantu. Udah deh, mending kita keluar aja dari tempat ini. Lagian elo juga ingin pulang kan dari tadi?”
“Iya, Reyn! Gue tahu, Shania memang hantu. Tapi dia butuh pertolongan sama kita!”
“Ly!” panggil Reyna menyusulku. “Ih, tuh anak kenapa sih?! tadi minta pulang, sekarang malah minta bantuin Shania! Ashh, plin plan amat sih tuh anak!” gerutu Reyna dengan terpaksa menyusulku pergi ke suatu tempat.
“Ly, tungguin kita dong!”
Aku nggak gubris mereka. Justru aku mencari pohon asem yang disebutkan oleh Shania tadi dan batu besar yang ada di dekatnya. Dan.. memang bener! Ada pohon asem lengkap dengan batu besar disitu. Aku buru-buru pergi kesana, tapi si Reyna, Azzam dan Dika masih berdiri disana nggak tahu mau ngapain. Aku mendekati batu itu dan melihat ada sedikit ukiran kasar di permukaannya. Meski semua ukiran itu tertutupi oleh tumbuhan lumut. Lantas, aku menyingkirkan lumut itu hingga aku mendapati ukiran yang bertulisan jelas. ‘SHANIA WIJAYANTI’
Ya! Itu pasti kuburannya Shania. Dan jasad Shania terkubur selama delapan tahun di bawah batu ini.
“Temen-temen! Gue nemuin sesuatu disini! Cepetan kesini!”
Lantas, kudengar suara kaki mereka menginjak daun-daun kering itu dan menghampiriku.
“Gue yakin, di sini pasti ada jasad Shania. Kita harus ngeluarin jasad Shania dari sini!”
“Darimana lo tahu, Ly?”
“Shh! Ceritanya panjang, yang terpenting kita harus bisa ngeluarin jasad Shania. Kalau urusannya udah kelar, baru aku ceritain semuanya tentang Shania tadi.”
Saat kami berusaha menyingkirkan batu besar itu, tiba-tiba ada yang orang yang nyelentuk dari kejauhan sana.
“Eh, ngapain kalian disitu?” tanya seorang bapak-bapak pembawa cangkul di pundaknya.
“Ini pak, kami mau menyingkirkan batu besar ini. Kami akan menggali tanah disini dan ngeluarin jasad seseorang dari sini.”
“Hhh? Jasad? Nggak ada orang mati disitu! Adanya disana tuh!” ujar bapak-bapak itu dengan cepat menunjukkan kami pada kuburan yang letaknya dibalik rimbunan pohon bambu di sebrang sana. Samar-samar aku bisa melihat beberapa batu nisan yang berjejeran tak teratur. Itu memang kuburan, yang letaknya terpisah dengan rumah Shania.
“Pak, iya saya tahu! Tapi ada jasad yang udah lama terkubur di sini. Boleh saya pinjam cangkul bapak buat menggali tanah ini?”
Sekilas, bapak-bapak itu cuma menggeleng kepala antara percaya dan nggak percaya dengan omonganku. Dia akhirnya menghampiri kami dan meyerahkan cangkulnya pada Dika. Dia mulai menggali tanah secara bergantian bersama Azzam dan bapak itu.
“Nduk! Kamu darimana aja?” tanya eyang ketika menemukan kami berempat di rumah kosong dan masih sibuk menggali tanah. “Tahu ndak, enyang sama pak RT juga para warga sekitar geger nyariin kamu! Enyang kirain kamu sama temen-temenmu ilang digondhol demit!”
“Hhh? Digondhol setan? Siapa bilang?” tanyaku hampir nggak percaya. Kenapa eyang dengan mudah percaya tentang tahayul kayak begituan. “Yang, maafin Lily kalau kami bikin khawatir eyang. Lily sama kawan-kawan lagi menggali tanah disini.”
“Lho, buat apa tho nduk?”
“Gini.. Yang, Lily yakin disini ada tempat mahasiswi yang hilang sejak delapan tahun yang lalu. Dia sudah meningal, dan jasadnya terkubur disini.”
“Apakah kamu yakin disini tempat mahasiswi yang hilang itu, nak?” tanya pak RT kemudian.
“Iya Pak, saya yakin. makanya saya dan temen-temen coba menggali tanah ini,”
“Ya sudah, kalau memang kamu tahu tentang mahasiswi itu. Tunjukkan pada kami dan kami akan segera bawa kasus ini kepihak yang berwajib!”
Akhirnya pak RT menghimbau beberapa warganya turut serta menggali tanah itu. Tanahnya cukup dalam dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Akhirnya..
“Aaaaa!” tiba-tiba Dika menjerit spontan saat melihat beberapa kerangka manusia yang teronggok di gundukan tanah itu.
Ya! Itu pasti kerangka Shania yang sudah selama bertahun-tahun terkubur disitu tanpa ada yang mengetahuinya kecuali aku. Beberapa warga turun ke dalam galian tanah lebar itu bersama Azzam dan mengumpulkan kerangka Shania di tempat seadanya. Untuk divisum ke rumah sakit.
Akhirnya, semua kasus Shania hampir menemukan titik terang tentang siapa yang telah menjadi pelaku menyiksaan dan pembunuhan sadis mahasiswi itu. Aku mulai kebanjiran panggilan ke kantor polisi karena aku sebagai saksi. Sedangkan jasad Shania udah dimakamkan di kampung halamannya di Jogja sekitar beberapa hari yang lalu.
Sekarang, tiba saatnya aku dan ketiga teman-temanku berpamitan pulang pada enyang. Ya, liburanku disini sudah cukup puas. Kami berempat harus balik ke kota asal kami buat mempersiapkan kuliah. Walaupun sebenarnya aku masih betah berlama-lama disini. Dan masuk kuliahnya pun juga masih lama, seminggu lagi.
“Yang, Lily dan kawan-kawan pamit pulang ya.” Ucapku kemudian sambil mencium punggung tangan keriput eyangku.
“Iya, duk. Hati-hati di jalan ya, dan sampaikan salam enyang pada ayah ibumu di Solo.”
“Iya, Yang. Lily bakal sampaikan salam eyang ke mama papa kok. jaga diri baik-baik ya, Yang.” Kemudian, eyang memelukku dan mencium dahiku dengan lembut. Akhirnya, kami berempat meninggalkan rumah eyang dan berjalan beberapa langkah ke arah pertigaan jalan.
“Lily!” tiba-tiba ada suara orang yang manggil namaku. Dan itu, suara Shania.
Kami berempat langsung berbalik saat lihat Shania menghampiri aku.
“Hmm, Lily. Makasih banget ya, kamu mau bantuin aku. Kalau bukan kamu, mungkin aku nggak akan bisa istirahat dengan tenang sekarang.” Ucap Shania mengenggam tanganku.
“Iya kok, Shan. Sama-sama. Lagian, udah jadi kewajiban kita buat nolongin sesama makhluk yang lagi butuhin sesuatu.” Aku tersenyum pada Shania.
Shania memelukku dengan erat. “Hati-hati di jalan ya.”
Dia lantas melepas pelukannya di tubuhku dan tampak melepas kalung emas yang melingkari leher jenjangnya.
“Sebelum kamu pulang, aku mau ngasih kenang-kenangan ini buat kamu. Meski itu cuma kalung emas yang pernah kupakai saat aku hidup, benda itu sebagai tanda kamu pernah berteman sama aku dan sebagai tanda balas budiku karena kamu mau nolongin aku.”
“Ambil ya, Ly. Dan kenanglah aku lewat kalung yang kamu pakai itu.” Kata Shania sambil menyelipkan kalungnya di telapak tanganku.
“Makasih ya, Shan.” Aku memeluknya sekali lagi. “Melalui kamu, aku bisa mendapatkan kenangan yang nggak pernah kubayangkan dan nggak pernah kurasakan sebelumnya. Apalagi tentang pengalaman menakutkan ini.”
Kami jadi terkikik. Dan.. ini lagi deh, si Dika mulai nyerobot-nyerobot. Tanda efek play boy nya mulai mencuat keluar.
“Shania.” Panggil Dika dengan suara sok imut dan romantis.
“Iya,” respon Shania dengan suara lemah lembut.
“Boleh aku minta kenang-kenangannya dari kamu?”
“Boleh kok, emangnya Dika mau minta kenangan apa dari Shania?”
“Cium aku dong,” kata Dika menunjukkan pipinya yang rada kasar campur mulus itu.
“Wooo…ooo!” kami langsung menyoraki Dika denga meriah.
“Hoeekkkk! Amit-amit deh cewek secantik Shania mau nyium nyamuk jingklong segedhe Dika!” celentuk Azzam.
“Diem lu!”
“Oh, boleh kok. Dika,” ucap Shania masih senyum. Spontan, Dika jadi heboh sendiri. Dan siap-siap dengan pipinya yang dideketin di depan muka cantik Shania.
Cupp! Satu ciuman maut mendarat di pipinya dengan sukses. Alhasil Dika jadi terhuyung-huyung karena mau pingsan.
“Aduh, mak! Dika dapet ciuman dari hantu cantik nih. duhh, jadi klepek-klepek dahh! Mantapp!”
“Hmm, ya udah. Kami pulang dulu ya, Shan.” Kataku akhirnya menutup obrolan kecil kami. Sementara Azzam dan Reyna lagi repot membopong tubuh Dika yang lagi dimabuk kasmaran.
“Dahh!” aku dan melambaikan tanganku ke arah Shania sebentar dan kususul mereka yang berjalan ke pinggir jalan raya.
Sementara itu… Shania lekas berbalik badan dan menampakkan wujudnya yang mengenaskan. Dia berjalan ke arah kebun pak Usman. Semakin jauh ia melangkah pergi, dan akhirnya dia menghilang tanpa jejak.


Cerpen Karangan: Tammy Jaxndear
Facebook: Tammy Luph DaddyMj
Read More ->>

Ghost of Shania (Part 1)



“Dik, mana jambunya?!” teriakku lantang mendangak ke arah pohon jambu itu. Di salah satu dahannya si Dika berusaha memetik satu persatu jambu dan menjatuhkannya ke arah kami.
“Iya.. iya, bentar!” sahutnya kemudian.
Pukk! Pukk! Pukk!
Satu persatu jambu hasil petikan Dika saling berjatuhan. Aku, Reyna, dan Azzam memungutinya dan mengumpulkan ke kantong plastik berukuran besar. Tapi.. ada jambu yang menggelinding jauh dan berhenti tepat di tungkai kaki seseorang. Aku berhenti dan diam di tempat sambil kupandangi kaki misterius itu sampai ke atas.
“Ini jambu kalian?” tanya seorang cewek padaku.
Aku diam lagi saat kulihat wajahnya sangat cantik. Kecantikannya itu melebihi aku dan membuat aku iri banget lihatnya. Kulitnya putih mulus bak porselein, wajahnya rada kayak cewek-cewek korea gitu deh! apalagi rambutnya yang bergelombang indah berwarna coklat gelap.
“I… ya, makasih ya.” Ucapku mengambil jambu dari tangannya.
“Oh iya, boleh aku gabung sama kalian?”
Aku sebenarnya rada terhenyak mendengar kata-katanya. Rasanya agak aneh aja cewek secantik bidadari kayak dia gabung sama geng aku. Apalagi kalau sudah ketemu sama si Dika. Ugh! Pasti dia nggak bakal berhenti nggegebetin cewek ini.
“Eh, Ly! Kamu ngomong sama siapa?” mereka bertiga langsung menghampiri kami berdua.
“Wow! Ada temen baru nih!”
“Yoi, cantik lagi!”
Tuh kan, si Dika mulai lagi dengan gombalannya yang super duper playboy.
“Aku Shania, boleh aku gabung sama kalian?”
Kami saling bertatapan mata. Ada yang mengangguk setuju, kecuali aku yang masih kelihatan ragu. “Udah Ly, biarin aja dia mau gabung sama kita. Lagipula dengan begini kita bisa nambah temen baru. Iya nggak?”
Azzam dan Dika saling mengangguk setuju saat Reyna menerima Shania gabung di geng kita.
“Eh, mbak namanya tadi siapa? Kenalin.. aku Dika. Andika Putra Lesmana.” Sontak Dika menyerobot kami bertiga sambil mengulurkan tangannya.
“Nama saya Shania.” Jawab Shania lagi dengan tutur kata lembut dan sopan. Hingga membuat Dika jadi klepek-klepek nggak berdaya.
“Oh my gosh! Nama yang cantik, secantik orangnya.”
Shania jadi tersipu malu dan dia hanya tersenyum kecil hingga membuat rona pipinya yang putih mulus itu jadi merah merona.
“Wooo…ooo!” kami pun saling menyoraki Dika yang udah keterlaluan playboy.
“Eh, jangan macem-macem ya! Inget Pramesti tuh!”
“Iya… iya! lagian aku juga masih setia kok sama dia.” Sungut Dika rada kesal.
“Ya udah deh, kalau begitu kita makan jambu bareng-bareng yuk!” unjuk Dika dengan nada bijak. Lantas, kami berlima duduk di bawah pohon jambu besar di kebun milik pak Usman dan menikmati jambu hasil buruan kami beramai-ramai.

“Reyn, anterin gue pipis dong. Gue takut nih!” bisikku sambil membangunkan Reyna. Kulihat dengan samar-samar lampu pijar eyangku yang redup itu. Suasananya sangat sepi karena semua orang lagi tidur.
“Duh, gue ngantuk banget nih. Ke kamar mandi sendiri aja ya, Ly.”
Aku sedikit mendesah. Kebiasaan deh kalau Reyna itu susah banget dibangunin.
Akhirnya dengan terpaksa aku bangun sendirian dan pergi ke kamar mandi. Aku membuka pintu besar itu dan di samping kananku ada ruang besar yang digunakan untuk ruang makan keluarga eyang. Dan..
Sekelebat aku ngerasa ada yang orang yang melintas di balik gorden jendela. Cepet banget menghilangnya. Aku berusaha tenang, mungkin ini cuma halusiku aja yang suka mikir macem-macem. Maklum, akhir-akhir ini aku suka banget nonton film horor. Aku berjalan mengarah ke samping kiriku, tempat dimana ada pintu lagi yang akan mengantarkan aku ke kamar mandi. Lagi-lagi.. aku merasa ada yang melintas di belakangku. Dan sontak aja aku menoleh ke belakang.
“Siapa itu? Eyang? Reyn? Dika?” aku manggil nama-nama orang yang ada di rumah ini. Tapi nggak ada jawaban, buru-buru deh aku ngacir ke kamar mandi dan nggak peduli apa yang tadi melintas di belakangku. Beberapa menit kemudian aku keluar kamar mandi. Dan akan masuk ke dalam rumah. Karena kamar mandi dan dapur eyangku letaknya terpisah dari ruangan-ruangan lain. Letaknya pun di belakang rumah.
Saat itu, samar-samar aku melihat ada sosok misterius yang sedang berdiri di dapur gelap eyangku. Tepatnya di depan pintu kecil yang menghubungkan dapur dengan kandang ayam. Wujudnya nggak terlalu kelihatan jelas. Tapi aku bisa menerka sosok itu cewek. Ia memandangi aku sebentar, hingga aku cepat-cepat masuk dan menutup pintu. aku menyeruak di antara selimut tebalku dan berusaha menghilangkan tentang sosok cewek tadi.
“Duh, jujur Reyn! Gue tuh semalam lihat penampakan gitu di dapur eyang. Gue takut banget!”
“Udah deh, Ly. Makanya jangan kebanyakan nonton film horor. Jadi kayak gitu deh akibatnya!” kata Reyna sambil ngomel-ngomel dan dia lagi asyik ngemil klanting (makanan khas daerah eyangku) kami berdua duduk di pagar tembok mengarah ke kebun eyang dan dikejauhan sana ada kebun pak Usman. Aku cuma diam, dan ngaku kalau aku yang salah. Tapi bisa nggak sih Reyna percaya sama aku sedikit aja kalau itu memang bener-bener kenyataan?
Saat Reyna menyingkir dari hadapanku untuk menghampiri Azzam yang lagi asyik internetan di atas dipan kayu, aku melihat sosok cewek itu dari balik pohon-pohon rambutan disana. Dia lagi-lagi menatap aku, hingga akhirnya aku berdiri untuk manggil Reyna.
“Reyn, i…ii.. ituu! ii..tu cewek yang gue lihat kemarin malem!”
“Mana sih? orang nggak ada apa-apa kok!” ketus Reyna kelihatannya rada jengkel mendengar aku suka mikir yang macem-macem. Apalagi tentang hantu.
“Eh, Ly! Mau kemana?” tanya Reyna manggil aku.
Aku nggak ngegubris dia sama sekali. Aku keluar dan menghampiri pohon rambutan tempat dimana aku lihat ada penampakan cewek tadi. Saat aku ada di dekat pohon itu, ternyata nggak ada apa-apa. Justru secara mendadak aku ngerasa ada yang menepuk bahuku.
“Aaaaa!” aku menjerit.
“Lily?” ternyata suara itu berasal dari Shania. “Kamu ngapain disini?” tanya Shania padaku.
“Eng… eng.. enggak kok. aku Cuma.. ya cuma lihat-lihat aja, sambil menikmati udara pagi yang masih segar ini.”
“Oh,”
“Kalau kamu, Shania?” aku balik tanya sama dia.
“Sama kok, aku juga lagi jalan-jalan terus ketemu sama kamu deh.”
“Kamu nggak kerja atau kuliah?”
Shania menggeleng dengan cepat. Sambil berkata, “Kuliahku lagi libur.”
“Kita jalan-jalan bareng yuk!”
“Oh, boleh-boleh. Kalau aku ajak temen-temenku gimana? Kamu nggak keberatan kan?”
“Tentu.” Ucap Shania dengan senyumnya yang begitu hangat.
Akhirnya, aku manggil ketiga temanku untuk ikut jalan-jalanku dengan Shania. Hari ini kami akan keliling desa eyangku. Mungkin ke empang atau ke pinggir sawah atau kalau enggak berburu jambu mete dan buah asem kali ya.
“Gila ya! Tuh cewek secantik Shania masa tinggal sendirian sih di rumah besar itu?” ujar si Azzam sambil membuka obrolan kecil kami saat perjalanan pulang ke rumah eyang. Kami lagi asyik menyusuri jalanan kecil dengan samping kiri kami rumah warga yang dipagari oleh semak-semak belukar dan samping kanan kami kebun yang sebagian besar ditanami pohon kelapa dan singkong.
“Iya sih, gue takutnya dia diperk*sa sama maling..”
Hus! Reyna dengan cepat memotong ucapan Dika yang belum selesai itu.
“Elo tuh ngaco banget sih kalo ngomong.”
“Iya tuh, ngomongin yang enggak-enggak. Tentang Shania lagi.” imbuh Azzam membela omongan Reyna.
“Gue kan cuma mengkhawatirkan Shania, bro!” sengak Dika lagi.
“Mengkhawatirkan sih boleh aja, tapi nggak gitu-gitu amat kalee!”
“Assh, kalian ini pada ngomongin apaan sih?!” ucapku dari tadi ngerasa aneh selama perjalan pulang kami. “Kalian ngerasa ada yang ngikutin kita di belakang nggak?”
“Tuh, mulai lagi deh ngehayalnya!” semprot Reyna lagi-lagi protes.
“Ah udah deh! Daripada ngomongin Shania apalagi nggubris tentang khayalan tingkat tinggi si Lily, mending buruan deh jalannya. Udah mau maghrib nih! Keburu gelap tahu!”
Kata Azzam menyudahi argumen konyol kami. Akhirnya kami mempercepat langkah kaki yang masih berdiri di pertigaan jalan setapak ini. karena jalanan di depan rumah eyang hampir gelap. Cuma dipancari sebuah lampu pijar di pinggir jalan. Itu pun jauh dari tempat kami melangkah. Dan beruntung banget, karena rumah eyang tinggal beberapa langkah lagi. jadi kami bisa sampai disana sebelum azan maghrib berkumandang dan hari senja telah benar-benar gelap.
Hari ini, kami bertiga punya kesempatan buat mampir ke rumah Shania. Maklum mumpung kami belum kembali ke Solo. Dan menikmati liburan kuliah kami yang masih tersisa banyak. Kami menembus tumbuhan ilalang yang tumbuh melintang di sekitar rumah besar Shania.
Rumah Shania terletak di belakang kebun pak Usman dan itu pun kami harus melintasi lahan persawahan yang luasnya berhektar-hektar. Duh, sumpah deh! kalau dipikir-pikir rumah Shania tuh beda banget sama rumah-rumah lain. Rumah Shania letaknya sangat sulit dijangkau oleh sebagian besar warga desa. Letaknya sangat tertutup oleh rimbunan pohon bambu dan rumput ilalang yang sudah memanjang. Hingga menutupi pandangan rumah itu. Ditambah letak bangunan besar itu di atas lahan kosong dan agak berdekatan dengan kuburan. Hii…! serem amat ya. Tapi yang bikin aku heran, kenapa Shania berani amat tinggal sendirian di tempat ini.
“Hai, teman-teman.” Sapa Shania pada kami bertiga yang tengah memasuki ruangan tengah rumahnya. “Selamat datang di rumahku ya, anggap aja rumah ini kayak rumah kalian.”
“Eh.. iya.. iya, Shan. Betewe, rumahmu gedhe banget ya! Tapi, sayang banget kalo…”
“Ssst!” senggol Reyna pada Dika. Aku dan Azzam cuma bisa geleng kepala saat lihat tingkah konyol mereka berdua.
“Ah, Dika bisa aja deh.” Lagi-lagi Shania cuma bisa menyungging senyum karena malu si Dika habis-habisan memujinya. Menurutku itu bukan kata pujian, tapi lebih ke sindiran.
Kemudian, Shania segera mempersilahkan kami masuk ke ruang tamu.
“Sebentar ya, Shania pergi ke dapur dulu. Bikin suguhan buat kalian semua.”
“Oke deh, Shania.” Ucap Azzam kemudian.
“Eh.. Reyn – Ly, gue sama Dika keliling rumah Shania sebentar ya!” tungkas Azzam pada Reyna.
“Iya.. iya, tapi jangan lama-lama ya!” balas Reyna.
Kulihat Azzam dan Dika segera cabut dari tempat kami yag sedang duduk manis di sofa.
“Lily… tolong aku, Ly…” tiba-tiba aku mendengar suara bisikan aneh di telingaku. Dan ngerasa ada desir angin di dekatku. “Keluarkan aku dari sini…” bisikan itu terus menghantui aku sejak aku masuk di rumah ini. Aku berusaha tenang dan melihat-lihat seisi rumah Shania sambil melupakan bisikan aneh tadi.
Kulihat atap-atap rumah Shania seperti sudah sangat kusam dan hampir dimakan usia. Apalagi kipas hias itu juga hampir mau copot karena bergoyang-goyang diterpa angin.
Gubrakk! Terdengar suara benda jatuh yang nyaris membuat kami kaget.
“Tenang, paling cuma tikus kok.” ujar Reyna menenangkanku.
Apa? tikus? Mustahil deh! Masa rumah segede ini ada tikusnya sih? kecuali kalau rumahnya nggak terawat dan nggak berpenghuni.
Fiuh! Aku mencoba tenang lagi. dan lagi-lagi bisikan yang sama muncul di telingaku sambil diiringin suara jeritan cewek yang lagi merintih kesakitan juga suara hantaman benda-benda tumpul mendera tubuhnya bertubi-tubi.
“Aarghhh! Sakittt!”
“Bugg… bugg… bugg!”
“Argggh!”
“Tolong aku…! tolong!”
“Bugg… bugg… bugg!”
“Bunuh saja aku! Bunuh aku!”
Aku mencoba memejamkan mata sambil komat-kamit mengucap kalimat istiqfar dan tahlil berkali-kali. Sampai-sampai, saking aku ketakutan telapak tanganku dibuat basah karena keringat dingin. Dan aku mengenggam erat lengan Reyna.
“Eh, Ly. Tangan lo kok berkeringat sih? lo sakit ya?” tanya Reyna jadi kaget.
“Reyn, please deh! Gue takut.. gue tadi denger bisikan aneh dan mengerikan semenjak masuk di rumah ini. Gue mau pulang aja!”
Reyna menghela nafasnya sebentar. “Ly, please deh! Masa sih kita baru sampai disini trus tiba-tiba pulang gitu aja. Nggak enak hati tahu sama Shania.”
“Tapi, Reyn. gue takut banget!”
“Udah deh, tenangin dulu pikiran lo. Nyebut, Ly!”
Reyna cuma bisa mengelus-elus tanganku. Dan aku berusaha tenang walaupun masih ketakutan.
Sementara itu, Dika dan Azzam kembali dengan gurat rasa penuh kecurigaan.
“Eh, tahu nggak kalian? Dari tadi gue sama Dika keliling rumah Shania, nggak ada foto yang nunjukkin keluarganya Shania di sini. Gue heran deh, ini rumah Shania atau bukan sih?”
“Eh, mungkin aja Shania nyimpen foto keluarganya di suatu tempat. Udah deh, daripada mikirin tentang foto keluarga Shania mendingan mikirin si Lily tuh! Dia lagi ketakutan karena denger suara bisikan aneh.”
“Beneran Ly?” tanya Dika padaku.
Aku nggak menjawab pertanyaannya. Selain aku diam dan berusaha melupakan bisikan aneh itu sejak tadi.
“Maaf ya aku lama banget bikin suguhannya buat kalian.” Tiba-tiba Shania muncul sambil membawa baki berisi minuman es sirup merah dan kue lapis untuk kami. Dia menurunkan baki itu di atas meja dan menaruh suguhan itu satu persatu.
“Dinikmati ya suguhannya. Cuma itu yang aku punya.”
“Iya, Shania.” Reyna membalasnya dan kami bertiga berusaha tersenyum walaupun keadaan rumah Shania nggak bisa ngebuat kami bertiga senyum seutuhnya. Aku pun juga turut tersenyum, dan berusaha menghilangkan kekacauan pikiranku dengan mengambil minuman es sirup merah itu. Baru aku mau menyeruput minuman hasil bikinan Shania, tiba-tiba yang aku lihat adalah segelas darah merah segar di hadapanku. Aku semakin ketakutan dan..
Pyarrr! Gelas itu nggak sengaja aku buang ke lantai.
“Darahh! Darah!” aku berteriak-teriak sambil memandangi cairan merah yang membasahi lenganku.
“Ly, apa-apaan sih?” kata Reyna. “Ini bukan darah, tapi sirup!”
“Oh, aku ganti dengan air putih aja ya.” Kata Shania sambil bergegas ke dapur.
Sementara aku cuma bisa berdiri menjauh dari tempatku duduk tadi.
“Ly, lo kenapa? Kok lo mendadak jadi kayak gini sih?”
Kemudian, Shania datang lagi dan menyodorkan serbet untukku. Tapi..
Lagi-lagi yang aku lihat bukannya serbet bersih, justru kain kotor yang berlumuran darah.
“Stop.. stop.. stop! Gue benci semua ini. Gue benci!”
Shania memandang heran dari aku. Begitu juga dengan Dika, Azzam, dan Reyna.
“Gue mau pulang sekarang juga! Gue nggak mau dibikin gila gara-gara teror sialan ini!”
“Ly!” sahut Reyna manggil namaku dan segera menyusul aku yang udah duluan pergi ke pintu utama.
Aku mencoba buka pintu besar itu, dan.. ini aneh! Pintu itu sudah terkunci. Aku mencoba goyang-goyangin handle pintu itu sampai beberapa kali. Tapi hasilnya tetep nihil.

Cerpen Karangan: Tammy Jaxndear
Facebook: Tammy Luph DaddyMj
Read More ->>

Jika Esok Tak Pernah Datang


Jika Esok Tak Pernah Datang


Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.
Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.
Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.
Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.
Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?
Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.
Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.
Jadi, dekap erat orang-orang tersayangmu hari ini dan bisikkan di telinga mereka, bahwa kau sangat mencintai mereka dan kau akan selalu menyayangi mereka.
Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”
Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.
[Norma Cornett Marek ~ 1989]



sumber : http://iphincow.com
Read More ->>

Belajar Dari Merpati


Belajar Dari Merpati
  1. Merpati adalah burung yang tidak pernah mendua hati. Coba perhatikan, apakah ada merpati yang suka berganti pasangan? Jawabannya adalah “tidak”! Pasangannya cukup 1 seumur hidupnya.
  2. Merpati adalah burung yang tahu kemana dia harus pulang. Betapapun merpati terbang jauh, dia tidak pernah tersesat untuk pulang. Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain? Jawabannya adalah “tidak”!
  3. Merpati adalah burung yang romantis. Coba perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya, “tidak”!
  4. Burung merpati tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba perhatikan ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga di luar kandang. Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaannya? Jawabannya, “tidak”!
  5. Merpati adalah burung yang tidak mempunyai empedu, ia tidak menyimpan “kepahitan” sehingga tidak menyimpan dendam.
Jika seekor burung merpati bisa melakukan hal-hal di atas, mengapa manusia tidak bisa? Hidup itu indah jika kita saling mengerti, berbagi, dan menghargai! Setuju..?





sumber : http://iphincow.com
Read More ->>

Kisah Si Tukang Gorengan


Kisah Si Tukang Gorengan
Alkisah ada seorang penjual gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tak terjual. Dia selalu memberikan sisa gorengan tersebut pada seorang bocah yang sering main di tempatnya mangkal.
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani usahnya itu. Namun tidak ada perubahan yang berarti; usahanya tetap begitu2 saja.
Suatu hari, datang seorang pria membawa mobil mewah, lalu berhenti di depan gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, “Ada gorengan buntut singkong, Pak?”
Si tukang gorengan lantas menjawab, “Nggak ada, Mas.”
“Saya kangen sama buntut singkongnya, Pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman saya mengejek saya karena tidak bisa beli jajanan. Tapi waktu itu, Bapak selalu memberi buntut singkong goreng kepada saya, setiap kali saya main di dekat gerobak bapak,” ujar pria muda itu.
Tukang gorengan terperangah. “Yang saya berikan dulu kan cuma buntut singkong.. Kenapa kamu masih ingat saya?”
“Bapak tidak sekadar memberi buntut singkong, tapi juga sudah memberikan kebahagiaan dan harapan buat saya. Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin memberangkatkan Bapak ke Tanah Suci. Semoga Bapak bahagia,” lanjut pria itu.
Si tukang singkong goreng hampir tidak percaya. Hanya sebuah kebaikan/sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar!
Selalu bersyukur & berbuat baik. Sekecil apa pun, asal ikhlas dan tulus, pasti akan membuahkan kebahagiaan dan keberkahan.



sumber : http://iphincow.com
Read More ->>

Nelayan Yang Puas


Nelayan Yang Puas
Usahawan kaya dari kota terkejut menjumpai nelayan di pantai sedang berbaring bermalas-malasan di samping perahunya, sambil mengisap rokok.
‘Mengapa engkau tidak pergi menangkap ikan?’ tanya usahawan itu.
‘Karena ikan yang kutangkap telah menghasilkan cukup uang untuk makan hari ini,’ jawab nelayan.
‘Mengapa tidak kau tangkap lebih banyak lagi daripada yang kau perlukan?’ tanya usahawan.
‘Untuk apa?’ nelayan balas bertanya.
‘Engkau dapat mengumpulkan uang lebih banyak,’ jawabnya. ‘Dengan uang itu engkau dapat membeli motor tempel, sehingga engkau dapat melaut lebih jauh dan menangkap ikan lebih banyak. Kemudian engkau mempunyai cukup banyak uang untuk membeli pukat nilon. Itu akan menghasilkan ikan lebih banyak lagi, jadi juga uang lebih banyak lagi. Nah, segera uangmu cukup untuk membeli dua kapal … bahkan mungkin sejumlah kapal. Lalu kau pun akan menjadi kaya seperti aku.’
‘Selanjutnya aku mesti berbuat apa?’ tanya si nelayan.
‘Selanjutnya kau bisa beristirahat dan menikmati hidup,’ kata si usahawan.
‘Menurut pendapatmu, sekarang Ini aku sedang berbuat apa?’ kata si nelayan puas.
Lebih bijaksana menjaga kemampuan untuk menikmati hidup seutuhnya daripada memupuk uang.


sumber : http://iphincow.com/
Read More ->>

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Kasih Ibu Tak Batas Waktu
Seorang anak bertengkar dengan ibunya & meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar.
Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.
Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu…. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.
Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.
Kadang kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yg diberikannya pada kita. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita sering melupakannya begitu saja.


sumber : http://iphincow.com
Read More ->>

Mencari Kebahagiaan

Mencari Kebahagiaan
Alkisah, ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah ke hamparan air telaga. Dia sudah berkelana mendatangi berbagai tempat, tapi belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah kesunyian.
“Sedang apa kau di sini, anak muda?” tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar situ.
Anak muda itu menoleh sambil berkata. ”Aku lelah, Pak Tua. Aku sudah berjalan sejauh ini demi mencari kebahagiaan, tapi perasaan itu tak kunjung kudapatkan. Entahlah, ke mana lagi aku harus mencari…” keluh si anak muda dengan wajah muram.
“Di depan sana ada sebuah taman. Pergilah ke sana dan tangkaplah seekor kupu-kupu. Setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu,” kata si kakek. Meski merasa ragu, anak muda itu pergi juga ke arah yang ditunjuk. Tiba di sana, dia takjub melihat taman yang indah dengan pohon dan bunga yang bermekaran serta kupu-kupu yang beterbangan di sana.
Dari kejauhan di kakek melihat si pemuda mengendap-endap menuju sasarannya. Hap! Sasaran itu luput. Dikejarnya kupu-kupu ke arah lain. Hap! Lagi-lagi gagal. Dia berlari tak beraturan, menerjang rerumputan, tanaman bunga, semak. Tapi, tak satu pun kupu-kupu berhasil ditangkapnya.
Si kakek mendekat dan menghentikan si pemuda. ”Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Sibuk berlari ke sana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak?”
Si kakek dengan tegas dan melanjutkan, ”Nak, mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap fisik kupu-kupu itu, biarkan dia memenuhi alam semesta ini sesuai fungsinya. Tangkaplah keindahan warna dan geraknya di pikiranmu dan simpan baik-baik di dalam hatimu.
Demikian pula dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam dan disimpan di suatu tempat. Ia tidak ke mana-mana, tapi ada dimana-mana. Peliharalah sebaik-baiknya, munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan sering datang sendiri. Apakah kamu mengerti?”
Si pemuda terpana dan tiba-tiba wajahnya tampak senang. ”Terima kasih pak Tua. Sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang dan membawa kebahagiaan ini di hatiku..”
Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama, seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari dan mengepakkan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi sering kali mereka begitu sibuk mencarinya, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidak kemana-mana tetapi justru ada di mana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat, di semua rasa, dan tentunya setiap hati yang selalu mensyukuri.

sumber : http://iphincow.com/
Read More ->>

Marah dan Putus asa

marah dan putus asa
Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya masih berserakan dan tidak merapikannya.
Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.
Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..
Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri.
Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..
Mari, kita sama-sama belajar untuk tidak marah (atau setidaknya mampu meredakan marah) terhadap situasi buruk yang mungkin kita alami.


sumber : http://iphincow.com/
Read More ->>

Kamis, 30 Januari 2014

Akun SSH gratis 30 Januari 2014 All in One

SSH Gratis 30 januari 2014. saya share ssh premium free 20. 20 akun ssh dalam satu rar hanya sekali download tanpa perlu ribet downloaad berkali-kali seperti di blog lain yang nyusahin kita. nanti SSH Terbaru 1 2 3 4 5 6 7 Februari 2014 Gratis di upadte lagi setiap hari tenang

SSH ALL IN ONE DOWNLOAD DISINI
Read More ->>

Kamis, 16 Januari 2014

TRIK INTERNET GRATIS TANPA PULSA

Baiklah pada kesempatan kali ini saya akan share sedikit mengenai cara internetan sepuasnya dengan pulsa Rp 0 sekalipun dan sudah tentu dengan kecepatan yang sangat memuaskan..oke langsung saja

  1. yang pertama-tama harus dipersiapkan tentu saja modem minimal 7,2 Mbps(Modem GSM)
  2. kartu perdana IM3
  3. Indosat Simple Server download disini
  4. Ultra Surf download disini

selanjutnya cara pemakaiannya :




  1. connect kan modem anda dengan kartu perdana IM3 tadi (yg harus diperhatikan adalah harus dapat jaringan 3G)
  2. extract file Indosat  simple server dan jalankan exe nya tunggu sampai muncul tulisan ready.
  3. setelah itu buka browser anda(mozilla/google chrome)..dalam contoh ini saya menngunakan mozilla....masuk ke option -------> advanced------->Network --------> pilih setting-------->kemudian centang Manual Proxy Configuration dan isi kolom HTTP proxy dengan 127.0.0.1 dan kolom port isi dengan 8080 dan jangan lupa beri tanda centang use this proxy server for all protocols-----> ok


    4. extract file ultrasurf dan jalankan file exe nya


    kemudian pilih exit dan jalankan kembali tunggu sampai terhubung seperti gambar dibawah ini





 5. selamat menikmati


kekurangan dari trik ini adalah tidak bisa memainkan game online seperti modoo marble, elsword, point blank, dsb.. jadi khusus untuk yg mau browsing dan download saja..oh iya ada tambahan sedikit untuk teman2 yg suka download menggunakan idm. berikut caranya

jalankan idm anda dan setting seperti di gambar

selesai..
 
Read More ->>

Jumat, 10 Januari 2014

CARA ORDER





Transfer melalui


Bank BRI
No.Rekening :
0257-01-005161-53-9  a/n Nanring QQ Leni Angraeni

SETELAH TRANSFER KONFIRMASI KIRIM INBOX
www.facebook.com

Contoh format konfirmasi transfer :
Sudah transfer sebesar 200 rb untuk 10 slot SG PREMIUM
`trf di rek BRI  (atas nama rekening kalian)`
Sertakan 3 DIGIT TERAKHIR NO HP ANDA,
contoh '200.321'

DI SERTAKAN JUGA SCAN ATAU FOTO HASIL TRANSFERAN !

Fast Response
PM admin Putra:
SMS / CALL  : 0852 5554 0348

Read More ->>
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...